Kamis, 16 Februari 2017

Heratz!

Artikel ini adalah lanjutan dari Pemburu Serigala
"Malam itu sang monster serigala membawa Tuan Garret sebagai mangsanya. Edward pun mengejarnya hingga ke tengah hutan. Tak disangka-sangka, monster itu mengendus keberadaan Edward yang kini ketakutan setengah mati."

Monster itu kini tinggal berjarak beberapa meter dari tempat persembunyian Edward. Nafasnya yang berat dan berbau busuk membuat anak itu merasa mual. Ketika ketegangan itu semakin memuncak, tiba-tiba terdengar sebuah bisikan di dalam kepala Edward. "Lemparkan obormu dan berlarilah secepat mungkin."


Tanpa berpikir panjang, anak itupun mengikuti bisikan yang diyakininya sebagai suara Onni. Ia melempar obornya, dan untuk sesaat, perhatian sang werewolf pun teralihkan. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Edward pun langsung mengambil langkah seribu.

Meski sempat teralihkan, gerakan tiba-tiba dari Edward, membuat sang werewolf pun berlari mengejarnya. Bagaikan seekor harimau yang sedang memburu rusa, monster itu berlari seperti kesetanan, membuat jarak mereka berdua pun semakin dekat. "Berlarilah di sela-sela pepohonan sempit." Bisikan Onni membimbing Edward untuk mempersulit jalur bagi pengejarnya.

Upaya itu rupanya berhasil memperlambat sang monster untuk mengikuti gerak lincah si bocah yang menyelinap di balik semak dan pepohonan. "Ucapkan mantramu sekarang!" Setelah mendapatkan jarak yang cukup, Edward pun mulai merapal mantra "Heratz!" Sinar itu muncul sesaat lalu hilang. Rupanya konsentrasi Edward terpecah oleh kondisinya yang harus terus berlari secepat mungkin.

"Heratz!" Ia merapal mantra sekali lagi tapi tak ada yang terjadi.. Ayolah.. Edward berbisik dalam hati setengah putus asa.
"Berkonsentrasilah! Buang jauh-jauh ketakutanmu! Dalam beberapa meter lagi aku sudah menyiapkan jebakan." Nasehat Onni berhasil membuatnya sedikit lebih tenang. Setelah menarik nafas panjang, ia pun kembali berteriak "Heratz!"

Sinar kebiruan muncul berpendar dari kedua telapak tangannya dan memecah kegelapan hutan.
"Bagus! sekarang berhentilah. Balik badanmu dan berjongkok. Ingat jangan berdiri sebelum ada aba-aba dariku." Suara Onni kembali terdengar jelas di dalam benak Edward. Meski belum paham sepenuhnya, ia pun mempercayai nasehat sang kucing ajaib itu. Sosok mengerikan monster werewolf itu kini nampak jelas. Mulutnya besar dipenuhi taring-taring tajam berliur. Matanya merah menyala dan bulunya kasar. Cakarnya bagaikan pisau tajam yang siap merobek-robek mangsanya.

Serigala jadi-jadian itu kini kian dekat dan dalam satu lompatan lagi, ia bisa meraih tubuh mangsanya. Namun aba-aba itu belum ada. Dan Edward pun masih diam terpaku. Jatnungnya berdegup kencang bak dentuman meriam bersahut-sahutan. Hingga detik berikutnya sang monster itu pun melompat menerkam. Edward menutup matanya.

Anak itu tiba-tiba merasakan desiran angin kencang di atas kepalanya. "SEKARANG! Hajar dia dengan mantramu!" Seketika itu juga, Edward membuka matanya dan melihat sebuah balok kayu besar terayun menghantam sang serigala jadi-jadian. "BRAKK!!" Hantaman keras itu membuat sosok mengerikan di hadapannya pun limbung. Melihat kesempatan yang tak akan datang lagi, anak itu segera melompat dan menghantam dada lawannya.

Untuk beberapa saat, sinar kebiruan menyala di dada sang monster. Disertai dengan erangan keras, sosok mengerikan itu mulai menyusut dan berubah menjadi seorang manusia biasa."Tuan Gio?" Edward mengenali sosok pria tua yang kini tergeletak di tanah itu. Anak itu pun berlutut di tanah sambil mengelus Onni yang berjalan mendekatinya. "Kau benar-benar anak yang pemberani.." Meski pada kenyataannya hanya sebuah suara mengeong, Edward dapat memahami maksud kucing itu.

"Terima kasih, jika bukan karena bantuanmu, aku pasti sudah mati. Dari mana kau tahu ada jebakan di sini?" Edward balas bertanya.
"Beberapa hari kemarin aku sempat mengikuti ayahmu bersama beberapa warga desa berburu. Mereka memasang perangkap ini untuk menangkap monster itu." Onni menjawab melalui kemampuan telepatinya.

Tak lama kemudian Nyonya Alice datang bersama dengan beberapa warga yang lainnya. Mereka segera menolong Tuan Garret dan Tuan Gio. Tak mau membuat suasana kacau, Edward pun mengarang cerita dengan mengatakan bahwa monster itu telah jatuh ke dalam jurang. Dan untuk beberapa lama, desa pun kembali tenang.





     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar